Pages

Oct 1, 2015

KKR NIAS 2015 and the Attributes of God: GOD IS SOVEREIGN

I was so overwhelmed. I was shaking with fear and joy at the same time. I was.. I was.. really feeling so small and unworthy. What have I done? What have I done to have been given such privilege to see and experience it? Nothing. I have done nothing but keep on disappointing HIM....
And yet there HE was... displaying some of HIS Great Attributes to me.

GOD IS SOVEREIGN
Allah berdaulat penuh untuk melakukan apapun yang DIA kehendaki, dan dalam kedaulatanNya, Dia bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia.

Menurut sebagian besar orang Kristen yang menganut paham SUKSES, mengikut Tuhan pasti selalu lancar. Mengikut Tuhan pasti selalu baik, sukses, bahagia dan harta melimpah. Kita harus claim berkat dari Tuhan. Claim. Claim. Claim. Memangnya Tuhan pegawai asuransi apa? Memangnya Tuhan siapa kok kita maksa Dia harus berkati kita dengan ukuran berkat yang sempit dan hanya sesuai dengan standar kita, bukan standar Tuhan. Kalau kita ditimpa kesuliatan, pasti kita kurang doa. Pasti kita kurang iman. Pasti kita kurang kuat "claim" nya... Benarkah?

Di Nias, ada beberapa hal terlihat kurang baik, kurang lancar dan mungkin saja benar kita kurang iman, kurang doa ... tapi apapun itu, Tuhan berdaulat menentukan apakah pelayanan kita lancar semua, dan Tuhan juga berdaulat menentukan untuk memberi kita beberapa kesulitan. Semua yang Dia kerjakan adalah untuk kebaikan kita dan untuk menunjukan kemuliaanNya.

Tuhan berdaulat menentukan cuaca Nias sepanjang Senin - Kamis, kalau pagi sampai siang panas sekali. Tapi setelah lewat jam 1 mulai mendung, sore mulai hujan dan malam bahkan hujan deras. KKR sebagian besar dilakukan di lapangan terbuka. Jadi baik yang berkotbah maupun anak-anak, pasti bergumul kepanasan di bawah terik matahari. Sampai sekarang pun, pergelangan tanganku yang memakai jam tangan, kulitnya masih berbeda warna dengan sekitarnya. Kami bersyukur karena justru kalau pagi hujan, kami tidak tahu harus mengumpulkan ratusan anak-anak itu dimana... 



















Tuhan berdaulat mengirimkan berapapun jiwa untuk datang ke sesi kami. Ada sesi kecil, ada sesi besar.. ada sesi yang luar biasa besar.. 1140 anak hadir di KKR Anak hari Jumat tgl 18 Sep 2015. Dan Tuhan pula lah yang berkuasa, berbijaksana tidak memberikan hujan di sore itu, karena KKR dimulai jam 4. Walaupun Suti harus pontang panting, bolak balik 3-4x membeli snack tambahan, tapi kami bersyukur karena akhirnya semua anak kebagian dan tertib mengikuti KKR. Ada juga sesi yang jumlah nya hanya sedikit, yang hadir tidak sesuai dengan yang diharapkan. Itu pun adalah kedaulatan Tuhan. Yang harus kita lakukan adalah renungkan.. apa maksud Tuhan dan taat. Karena semua yang Tuhan kerjakan dalam kedaulatanNya pasti adalah untuk kebaikan kita dan kemuliaan namaNya.

Setelah semua sesi selesai hari Jumat, kami dijadwalkan pulang hari Sabtu. Ada yang pesawat pagi jam 10, ada yang pesawat siang jam 2. Sejak pagi, koper kami, baik yang berangkat pagi maupun yang berangkat siang sudah siap naik ke mobil box. Setelah berfoto-foto bersama, rombongan pertama berangkat ke airport.











Karena Sabtu itu aku drop, pilek berat, aku tiduran saja sampai rada siang.. dan mendengar rombongan pertama tidak bisa terbang karena ada asap. Saat itu sih enggak kepikir separah apa, tapi akhirnya pengumuman diberikan. Rombongan pertama tidak bisa pulang jadi rombongan kedua tidak perlu berangkat ke airport. Semua penerbangan di batalkan. Segera terjadi kehebohan. Pilihannya adalah: tunggu sampai pesawat bisa terbang dan itu entah kapan, atau naik kapal laut ke Sibolga, dan lanjut jalan darat 10-12 jam ke Medan. 

Semua bingung dan sibuk. Ada yang harus pulang karena suaminya sudah masuk rumah sakit di Jakarta. Ada yang harus pulang karena anaknya masuk rumah sakit. Ada yang harus pulang karena suami yang ditinggal dengan 3 anak di Jakarta, harus terbang ke Solo untuk pelayanan, jadi 3 orang anak ini bingung harus dititipkan siapa, ada yang sudah berhari-hari di Nias sakit gigi dan ingin cepat-cepat sampai Jakarta untuk periksa gigi, ada yang punya tiket Jakarta - Sydney tidak bisa dibatalkan atau dirubah lagi karena mungkin tiket promo, ada yang anaknya Senin sudah UTS, dan berbagai kesulitan lainnya.

41 orang segera memutuskan naik kapal. Alasan mereka adalah lebih pasti kapan sampai Jakarta. Mereka berangkat malam itu juga jam 7. Sisanya tinggal di hotel, berdoa supaya ada pesawat terbang esok hari. Aku... dengan beberapa pertimbangan seperti: tidak punya anak kecil sehingga tidak harus buru2 pulang, masih kurang fit untuk perjalanan selama itu, semalaman di kapal dan sepanjang hari di mobil. Dan juga.. walaupun harus tunggu sampai berhari2 di Nias, tidak jadi masalah karena.. I can work remotely from anywhere, as long as there's internet connection... aku memutuskan tunggu di hotel sampai ada pesawat kembali terbang. 

Dan, karena Lion membatalkan penerbangan mereka dan me-refund uang kami, kami harus mencari tiket sendiri untuk kembali ke Jakarta. Aku memutuskan membeli dari sebuah website perjalanan terkenal, Nias - Jakarta. Jadwal yang tersedia adalah: Berangkat Minggu tgl 20 Sep, Gunung Sitoli - Medan jam 2PM dengan Garuda dan Medan - Jakarta jam 18:30 PM dengan Citilink. I took it. 

Hari Sabtu berlalu. Yang naik kapal kelihatannya seru. Mereka harus berbagi kamar dengan orang lain. Bahkan kemarin di gereja temanku bilang.. kami mau tidur tapi takut karena "dipelototi" oleh beberapa bapak disana sampai Pak Kin (teman kami) harus merelakan selimutnya membatasi tempat tidur kami dengan Bapak2 itu..






katanya menunggu koper di kapal seru sekali. 
Seringkali yang keluar bukan koper, tapi ayam hidup. hahaha....










Hari Minggu pagi, sebagian rombongan yang tinggal di hotel berangkat pagi-pagi sekali ke Bandara. Di dalam nya ada 7 orang dari Sydney yang punya tiket pulang ke Sydney Minggu malam dari Jakarta. Mereka harus sampai Jakarta sore karena tiket Jakarta - Sydney akan hangus bila tidak dipakai. Mereka menunggu di airport Gunung Sitoli sampai siang... dan kembali tidak ada pesawat yang bisa terbang hari itu. Aku dapat telpon dari Garuda bahwa pesawat jam 2 ke Medan tidak bisa terbang. Apakah mau refund atau mau ganti tanggal. Aku pilih ganti tanggal ke Senin, esok harinya.

Hari Minggu itu, kami ibadah di hotel. Siangnya aku sempat ke pasar naik becak khas Nias dengan beberapa orang, ada yang mau cari makanan, cari daster buat tidur, cari kaos dalam buat suami dan cari ATM karena cash menipis. Yaa.. kami mungkin tidak terlalu siap untuk tinggal beberapa hari lebih lama di Nias..









Siang itu kami mendapat kabar bahwa ada 1 mobil jemaat gereja kami, dia tidak ikut dalam rombongan KKR, mendapat kecelakaan dalam perjalanan Sibolga Medan. Mobil selip dan terguling beberapa kali. Supir, 2 orang penumpang yang adalah jemaat gereja kami semua selamat. Mereka berada di Nias karena tugas dari tempat mereka bekerja. Rupaya mereka sama-sama dalam kapal ke Sibolga karena pesawat tidak bisa terbang. Kalau bukan karena kedaulatan Tuhan, kalau tidak ada rombongan kami yang naik kapal, mungkin jemaat ini akan susah mendapat pertolongan. Mobil sewaan yang dipakai rombongan KKR menolong mereka dan membawa mereka dengan selamat sampai Medan.

Mobil yang kecelakaan












Malam hari sebelum tidur, aku mengecek handphone dan ada 1 SMS yang sungguh mengagetkan. Dari Citilink. Jam 4-an.. citilink mengirim SMS: Citilink Medan-Jakarta jam 18:30 ditunda keberangkatannya menjadi 20:30. Lalu aku segera telpon Citilink dengan sedikit panik: apakah pesawat saya tadi sudah terbang ke Jakarta? Dan jawabannya adalah: IYA. Aku sangat bingung, karena tadi siang Garuda sudah telpon dan aku sudah merubah tiketku menjadi besok. Apakah tiketnya tidak nge-link?

Aku lalu telpon call center biro perjalanan online yang terkenal itu dan menayakan beberapa hal. Intinya customer service ini berkata bahwa perubahan pesawat bukan wewenang mereka dan informasi tentang perubahan penerbangan datangnya langsung dari airlines bersangkutan. OK. OK. Aku bilang.. tapi masalah saya bukan itu Mas. Masalah saya adalah, kenapa pihak Anda tidak ada informasi bahwa saya sebenarnya membeli 2 tiket yang terpisah, dan kalau satu berubah, yang lain belum tentu berubah. Karena yang saya tahu, saya membeli tiket NIAS - JAKARTA, satu rute. Dan yang kalian tawarkan adalah Nias-Medan, lalu Medan-Jakarta. Saya mana tahu kalau itu dua tiket yang tidak berhubungan sama sekali. Dan saya ngotot... karena saya tahunya saya beli NIAS - JAKARTA.

Entah karena sudah malam, dia bete di telpon malam-malam, atau karena memang aku ngotot menyalahkan pihaknya.. terlontarlah satu kata dari mulutnya yang benar2 membuat aku merinding ngeri. Dia bicara kotor dan kasar padaku. Aku sampai shock mendengarnya, lalu bertanya: Mas, kok kamu ngomong kotor begitu ya? Dia tidak menggubris dan aku ngotot suruh dia minta maaf. Salah saya apa kok kamu ngomong kotor seperti itu? Saya mau kamu minta maaf sama saya! Sampai 3x saya suruh dia minta maaf, tapi tidak juga dia katakan. Waah.. mungkin dia customer service yang sedang kumat gilanya... pikirku.

Malam itu juga aku menulis email complain ke mereka. Pagi-pagi mereka sudah membalas dan hanya membahas soal perubahan penerbangan. Kami bertukar email beberapa kali sampai akhirnya jelas untuk mereka bahwa saya tidak diberi info tentang 2 tiket berbeda dan saya minta ganti rugi, tiket Medan - Jakarta saya yang hangus. Lalu juga complain keras soal 1 staff CS mereka yang kasar dan kurang ajar itu dan meminta mereka mendengarkan rekaman percakapan kami yang pasti mereka punya.

Senin pagi, sebagian besar orang tetap berangkat pagi-pagi ke airport. Mereka tunggu disana sampai ada pesawat landing. dan jam 11an mereka terbang ke Medan. Rombongan kecil, yang lebih santai berangkat jam 12an ke airport. Siang itu aku mendapat konfirmasi dari pihak travel online bahwa mereka akan mengganti full tiket Medan - Jakarta yang hangus. Lalu, ditambah bonus voucher 1 juta yang bisa dipakai kemana saja asal minimum belanja 1.5juta, berlaku selama 6 bulan. Wah. i didnt expect that, but I really appreciate it. Dan menurut mereka, staff CS yang bermasalah itu sudah mereka berhentikan. Aku melihat usaha mereka memberikan service yang sangat baik kepada pelanggan dan sangat menghargai hal itu. 

Kami menunggu pesawat di ruang tunggu, dan sewaktu ada pesawat mendarat semua orang di airport kecil itu bersorak gembira. Berarti asap sudah hilang, dan sekarang aman kembali untuk bisa terbang.

Rombongan terakhir yang bersorak-sorai ketika melihat pesawat terbang..












Apakah semua terjadi karena kebetulan atau karena pimpinan Tuhan? Apakah karena ada asap dan kesulitan berarti Tuhan kurang memimpin? Tidak. Apakah semua kesulitan yang terjadi karena kami kurang berdoa? Mungkin. Tapi kalau kami sudah berdoa dan asap tetap ada, kesulitan tetap ada itu berarti Tuhan kurang berkuasa? Tidak.

Tuhan berdaulat dan berkuasa sepenuhnya mengatur, menentukan apapun seturut dengan kehendakNya. Aku percaya Tuhan ingin kita belajar sesuatu dari semua yang Tuhan kerjakan ini. Masing-masing harus bergumul sendiri, harus renungkan sendiri, apa yang Tuhan ingin kita pelajari dari hal ini.

Dan aku sudah merenungkannya.. aku rasanya jawabannya bagiku adalah ini: Tuhan ingin aku tahu bahwa pelayanan memang tidak mudah. Melayani Tuhan selalu ada tantangan, apapun itu bentuknya. Bersyukur kali ini Tuhan hanya kasih kita asap. Mungkin suatu hari nanti Tuhan ijinkan sesuatu yang lebih besar, yang lebih sulit terjadi. Siapkah kita? Maukah kita tetap taat dan setia padaNya?

SOLI DEO GLORIA.

Baca post lainnya tentang KKR Nias 2015:

GOD IS GOOD
GOD IS WISE
GOD IS INCOMPREHENSIBLE
GOD IS ALMIGHTY
GOD IS SOVEREIGN




KKR Nias 2015 and the Attributes of God: GOD IS ALMIGHTY

I was so overwhelmed. I was shaking with fear and joy at the same time. I was.. I was.. really feeling so small and unworthy. What have I done? What have I done to have been given such privilege to see and experience it? Nothing. I have done nothing but keep on disappointing HIM.... 
And yet there HE was... displaying some of HIS Great Attributes to me.


GOD IS ALMIGHTY
Allah Maha Kuasa. He is Great. Oh yes, He is. Bayangkan 95 orang digerakkan Tuhan dari berbagai kota besar yang modern dan nyaman, 95 orang dari berbagai latar belakang, profesi dan kondisi keuangan yang berbeda-beda, 95 orang dengan tingkat kesibukan yang tinggi .. memberikan waktu, tenaga dan uang untuk pekerjaan Tuhan di daerah yang sulit dijangkau dan bahkan beberapa benar-benar tidak bisa dijangkau.

Kami berasal dari Tangerang, Bogor, Jakarta, Medan, dan Sydney. Kami membeli tiket, membayar hotel, membayar sewa mobil, membayar makan, membayar ojek untuk membawa kami ke sekolah-sekolah yang tidak bisa dijangkau mobil .. semua dengan biaya sendiri. Ada yang harus menabung setahun untuk bisa ikut ke Nias.

Kami dibagi beberapa team. Gunung Sitoli, Nias Induk, Nias Utara, Nias Selatan. Aku diminta menjadi Koord Nias Induk. Sampai heran.. aku kan newbie, waktu di RS aku sempat meminta diganti, tapi tidak terjadi. Daerah Nias Induk dibagi dalam 6 kecamatan dan kecamatan yang aku layani, adalah Idano Gawo. Kami ber-4, 3 pengkotbah dan 1 pendamping. Menurut Merry, ketua tim Idano Gawo.. kami diberi Idano Gawo karena katanya daerah ini cukup mudah untuk.. tim MANULA. Ya, kami disebut tim manula.. hahaha.. Memang kami semua sudah lumayan "senior". Pak Iwan sudah 60+, Pak Paulus sudah 50+, Merry dan aku sudah 40+. Ditambah Merry unfortunately memiliki keterbatasan fisik dan bahkan awal October harus menjalani operasi lagi.

Hari pertama, Senin cukup ringan. Semua lokasi bisa dijangkau dengan mobil. Puji Tuhan. Kami menyusur jalan utama pulau Nias dari basecamp di Kaliki sampai pusat kecamatan Idano Gawo di Tetehosi selama hampir 1.5 jam dan menemukan beberapa sekolahan di sepanjang jalan itu. Tapi kami tidak turun karena itu adalah daerah Gido, ada team lain yang melayani.

Hari kedua, Selasa. Lokasi sekolah sudah mulai masuk ke dalam, tidak disekitar jalan raya lagi. Bersyukur semua masih bisa dijangkau dengan mobil. Karena lokasi yang jauh, ada satu sekolah SMP yang ketika aku tiba disana, pas waktu mereka bubar. Hari ketiga, Rabu. Lokasi sudah mulai jauh masuk ke dalam. Dan Pak Paulus yang di drop paling pagi di sebuah sekolah, harus naik ojek untuk mendatangi sekolah berikutnya. Merry dan aku melanjutkan naik mobil mencari sekolah lain yang belum dilayani.

Hari keempat, Kamis. Tidak terlupakan. Aku tahu ada satu sekolah yang harus dijangkau dengan naik kapal kecil selama 20 menit. Tahun sebelumnya Ibu Mei sudah mendatangi sekolah itu dan berpesan aku harus datang melayani mereka disana. Awalnya, rencana kesana dengan Pak Paulus, tapi karena masih banyak sekolah yang belum dilayani, kami harus split. Pak Paulus kami drop di sebuah tempat dan harus melanjutkan naik ojek. Merry di drop disebuah tempat dan harus meneruskan dengan sepeda motor melanjutkan perjalanan jalan kaki menempuh perjalanan becek dan berlumpur ke desa Sandruta. Sementara aku.. harus naik kapal kecil mengarungi Samudera Hindia menuju LAIRA.

Perjalanan Merry menuju Desa Sandruta






















Laira adalah sebuah desa nelayan kecil yang lumayan terpencil. Akses ke desa itu bisa ditempuh dengan kapal kecil selama 20 menit. Kalau laut surut, bisa jalan kaki selama 1 jam atau naik motor selama 15 menit menyusur pantai. Aku sengaja belanja snacks dan buku2 rohani untuk anak2 disana sebelum berangkat, ditemani oleh supir mobil sewaan setiap hari membawa kami melayani. Aku sebetulnya cukup kaget, Pak Journi mau menemani. Tapi aku rasa memang Tuhan atur demikian dan menggerakan hati Pak Journi untuk bersedia menemani.

Kami berangkat naik kapal kecil yang sudah di book oleh Merry sehari sebelumnya. Sebenarnya Ibu Mei dan Afifa mengingatkan untuk berangkat pagi-pagi sekali. Karena harus bisa kembali sebelum jam 10:30, lewat jam itu, ombak sudah besar dan kemungkinan besar kapal tidak bisa kembali. Tapi sewaktu memesan kapal, Merry diberi tahu pemilik kapal bahwa berangkat jam 9 saja, tidak apa.

Laira berada dibalik pulau













Aku menikmati perjalanan ku menuju Laira ditengah-tengan alunan ombak dan gerimis kecil. Karena pengetahuanku tentang laut dan ombak sangat sangat minim.. sebenarnya aku tidak bisa membedakan apakah gerimis itu sebenarnya adalah percikan air laut, ataukan gerimis beneran. Jadi yaa..nikmati saja.













Sampai di Laira, aku sudah ditunggu oleh guru SDN Laira di bibir pantai. Dan harus mampir di rumahnya yang sederhana untuk membersihkan pasir di kaki supaya bisa memakai sepatu lagi. Ternyata pemilik perahu yang kami sewa adalah suami dari guru ini. Kami segera bergegas ke sekolah. Aku meminta anak-anak dikumpulkan saja disatu ruangan karena jumlah mereka tidak terlalu banyak, hanya sekitar 90an.

Aku sudah menyiapkan hati untuk berbicara lebih pelan dengan bahasa yang jauh lebih sederhana.. tapi ternyata semua anak kelas 1 tidak ada yang bisa bahasa Indonesia.. Jadi, aku segera menarik Pak Journi untuk membantu menterjemahkan beberapa hal yang penting ke dalam bahasa Nias. Sesi berjalan baik. Aku meminta anak-anak bernyanyi lagu rohani dalam bahasa Nias. Kepo karena tidak tahu artinya, aku bertanya apakah lagu itu ada versi bahasa Indonesia? Dan puji Tuhan ada.

Aku rasa aku tinggal lebih lama dari pada sesi2 sebelumnya disekolah lain. Sampai lewat jam 11 aku baru selesai dan ternyata.. hujan. Waktu kembali ke pantai, perahu yang membawa kami ke Laira tidak berani membawa kami kembali karena hujan sudah mulai turun dan angin kencang sekali. Awalnya aku sempat bingung karena tidak tahu apa yang terjadi. Pak Journi, Ibu guru dan suaminya semua berbicara dengan bahasa Nias. Sebagian anak-anak yang ikut mengantar aku mulai terlihat menggigil. "Dingin Bu... " kata mereka. Lalu aku bilang, ya sudah, sekarang kalian pulang saja. Entah karena taat atau memang karena dingin, sebagian besar langsung pulang..

Aku bilang ke Pak Jouni, kita harus pulang, jalan kaki pun tidak apa. Pak Journi terlihat pucat dan kaget. Jauh Bu.. katanya. Tenang Pak.. aku gak akan minta gendong kok, balasku. Setelah sedikit keributan dalam bahasa Nias terjadi, Pak Journi bilang padaku: mereka mau antar kita naik kereta. Kereta adalah istilah orang Nias untuk menyebut motor. Aku menjawab.. oh bisa yah?

Langit sudah mulai gelap dan gerimis sudah mulai terasa semakin menusuk kulit. Aku melihat ke hamparan laut di depanku.. waaah.. aku harus bisa pulang. Jalan kakipun aku harus pulang. Karena kalau sudah sempat hujan deras dan badai.. mungkin aku harus nginap di Laira.

Akhirnya ibu guru sekolah dan suaminya datang dengan 2 motor. Mereka bilang, semoga bisa menghantar kami sampai pantai seberang karena ada beberapa sungai yang harus kita lewati. Aku masih tidak terlalu mengerti apa maksudnya, karena aku berpikir...menyusur pantai bukan menyeberangi sungai.

Kami bergegas. Aku dibonceng ibu guru, Pak Journi dibonceng suaminya ibu guru itu, pemilik perahu. Baru sekali ini aku naik motor di pinggir pantai. tentu saja.. jalannya empuk karena pasir basah. Kami melaju dengan pemandangan indah laut Hindia yang mulai gelap di sebelah kiri kami, gerimis yang mulai deras menerpa wajah di depan kami dan hutan/rawa tak berpenghuni di sebelah kanan kami. Beberapa kali kami harus melewati aliran air yang mengalir dari hutan / rawa itu menuju laut sampai akhirnya kami bertemu aliran yang besar dan kami berhenti. Mereka berbicara dalam bahasa Nias dan aku melihat mereka terlihat sangat bingung.

"Apakah kita bisa menyeberang?" tanyaku. Ibu guru segera turun dari motor dan masuk kedalam aliran sungai itu.. makin lama makin dalam sampai setinggi paha. Dia mencari jalan yang lebih rendah dengan cara lebih masuk ke dalam laut. Mereka semua bicara dalam bahasa Nias dan aku tidak mengerti apa sebenarnya rencana mereka.

Pak Journi bilang.. sepertinya kereta tidak bisa menyeberang .. Aku bilang. Oke kita lanjutkan jalan kaki. Pak Journi tampak sangat cemas. "jauh Bu".. gapapa. aku kuat. Pak Journi gak kuat? Bukan Bu. Aku kuatir dengan Ibu... katanya.

Aku dan Pak Journi menyeberang sungai





















Kami segera menyeberang, air memang tidak terlalu tinggi, hanya sepaha. Tapi motor memang tidak akan bisa masuk, selain takut terbawa arus yang deras, juga pasti akan merusak mesin akan terendam air asin. Sukses menyeberang, kami mulai berjalan. Pak Journi bolak balik nengok ke belakang karena 2 orang itu masih melihat kami, kami sampai kami benar2 tidak bisa melihat mereka lagi.

Kami berjalan selama lebih dari 1 jam. Aku bersyukur Tuhan menggerakan hati Pak Journi untuk menemani ke Laira. Kalau tidak dengan Pak Journi, aku harus berjalan sendiri menyusur pantai. Sepanjang jalan dia bernyanyi-nyanyi... "seluas benua, tinggi setinggi langit. Sedalam lautan, kasih Yesusku. Ku orang berdosa, yang diampuniNya. FirmanNya mengajarku, kasihNya menyelamatkanku.... Dan akhirnya sepanjang jalan kami menyanyikan lagi itu bersama-sama.

Di tengah jalan, aku bertemu dengan 4 anak SMP yang baru pulang sekolah. Mereka dari pantai besar menuju Laira, berjalan kaki. Aku tanya.. kalian setiap hari berjalan kaki lewat pantai ini ke sekolah? Iyaa.. kata mereka. Dan pertemuan itu membuat langkah kaki ku semakin ringan.













Sepanjang waktu di Laira dan perjalanan pulang, tidak ada signal handphone sama sekali. Aku sudah set janji dengan Merry, kalau sampai jam 1 tidak ada contact, dia harus segera cari cara untuk kembali ke basecamp di gunung sitoli. Aku sudah mencoba kirim SMS, tapi tidak juga terdeliver. Aku lihat jam sudah jam 1 kurang 10 ketika kami sampai di pantai besar. Kami segera bergegas, masuk mobil dan tancap gas. Berdoa semoga Merry masih menunggu kami.

Dan, Tuhan menjawab doa. Merry masih duduk manis dengan pemilik warung ketika kami tiba. Hujan sudah mulai bertambah deras waktu itu. Kami segera melaju kembali untuk menjemput Pak Paulus yang tadi pagi kami tinggalkan harus naik ojek. Ditengah jalan, signal handphone mulai muncul dan WA Pak Paulus masuk: saya sudah di meeting point, menunggu kalian jemput.

Setelah menjemput Pak Paulus, kami berangkat ke basecamp di Gunung Sitoli. Di tengah jalan, Pak Theo mengirim WA. Saya sudah landing di Nias. Pak Iwan, anggota group hanya bisa ikut pelayanan sampai dengan Rabu. Dan Rabu kemarin dia sudah pulang kembali terbang ke Medan. Hari Kamis, kami dapat anggota tim baru yang seharusnya sampai di Nias Kamis pagi, tapi pesawat di tunda di Medan, jadi baru bisa tiba di Nias jam 2 siang.

Sungguh ajaib Tuhan pimpin semua waktu hari itu begitu pas. Jam 1 aku jemput Merry dan jam 2 kami bisa menjemput Pak Theo di bandara. Bandara berada di tengah antara Idano Gawo dan Gunung Sitoli, jadi kami sekalian jalan pulang ke basecamp bisa sekalian menjemput Pak Theo.

Lewat WA kami melihat bahwa perjalanan tim lain banyak yang jauh lebih susah dari kami. Aku hanya jalan kaki 1 jam, ada yang jalan kaki hampir 3 jam, di jalan licin berlumpur dan harus berkali-kali jatuh terpeleset. Sampai di basecamp, baju dan celana kotor semua. Ada yang harus menyeberang sungai sedada untuk sampai di sekolah yang di tuju. Ada yang harus masuk hutan, naik gunung dengan kondisi jalanan yang sangat sulit.

Dan aku tidak mendengar ada yang berkeluh kesah selama pelayanan ini. Tidak ada yang ngambek minta pulang duluan, tidak ada yang bersungut-sungut minta pindah tim lain yang lebih enak. Semua rela hati .. untuk mengabarkan Injil agar banyak anak Nias mendengar Firman Tuhan dan agar nama Tuhan dipermuliakan.

Foto-foto dari tim lain.




























Siapakah kami? Apakah kami hebat? Bukan. Bukan siapa kami. Tapi siapa Tuhan. Kalau bukan Tuhan yang menggerakan hati kami, kalau bukan Tuhan yang memberi kami hati yang rela, hati yang mengasihi Tuhan, kalau bukan Tuhan yang memampukan kami... sungguh, semua itu tidak akan terjadi. Praise the LORD Almighty.

Buat aku yang tinggal di basecamp Gunung Sitoli, mungkin tidak mengalami pergumulan seperti yang dialami teman-teman yang tinggal di Nias Utara. Kami tinggal di hotel bagus, pelayanan bagus, makanan bagus, tinggal pesan di restoran milik hotel. Tapi teman-teman yang di Nias Utara.. mereka tinggal sederhana di rumah penduduk. Mereka tidak pergi melayani naik mobil, tapi naik ojek dan lanjut jalan kaki.

Tapi sukacita yang aku lihat di wajah-wajah mereka membuat aku amaze... Kalau bukan Tuhan yang berkuasa memberikan kerendahan hati, memberikan kerelaan hati, memberikan beban pelayanan, memberikan kekuatan ... sesungguhnya pelayanan ini tidak akan terjadi.

Welda, yang ketika sampai di Nias sempat berkumpul di basecamp, di hotel tempat aku menginap, dan sorenya dia berangkat ke Nias Utara, mengirimkan WA dengan bbrp foto: berjudul: SEMANGAT!!



















Kata Pak Eri, penginapan OK kok. Saya beristirahat dengan baik, walaupun pernah waktu tangan saya naikkan ke atas kepala, ada kecoa mati yang sedang dirubung semut..


















Pelayanan ini memang banyak mempertontonkah kebesaran Tuhan. Hari ini aku terima foto dan message di WA. Ada 3 orang yang dengan semangat tinggi melakukan pelayanan Nias dengan masalah jantung. Pak Agus, gembala sidang kami, sudah punya jadwal pasang ring bulan October, Pak Tobing, baru saja.. belum lama pasang ring. Dan Pak Djun malah sudah pasang beberapa waktu yang lalu, dan Pak Djun juga belum lama operasi kaki, dia datang ke Nias dengan tongkat. Tapi atas anugerah dan kuasa Tuhan, mereka tetap semangat melayani. Malah katanya Pak Tobing sendiri yang menggotong ojek dan membayar tukang ojek untuk ojek yang dia gendong. hahaa

Pak Djun (kaos biru, kursi roda)
Pak Tobing (kemeja putih)
Pak Binsar (kemeja biru muda)


Pak Agus Marjanto, Pendeta kami (Paling depan)


Pak Tobing ini juga pilot loh.. keren :)



Pak Djun kayak seleb deh ada yang minta tanda tangan.. LOL!





















Dan rasanya mujizat pun terjadi padaku, selama 5 hari tidak merasa lemah, sakit, diare atau pusing sedikitpun. Padahal, aku gak jaga makanan. Santan hayuk, goreng2.. hayuk.. donat pinggir jalan.. hayuk... Hanya waktu hari Sabtu, sudah tidak ada sesi pelayanan ke sekolah, aku ambruk. Kepada sakit dan badan drop, flu menyerang hebat dan aku hanya bisa berbaring sepanjang pagi itu.

Kalau kita diberi kesehatan, kekuatan selagi masih muda, selagi Tuhan masih berkenan.. apakah kita mau melayani Dia sepenuh hati, diutus Tuhan ke tempat yang jauh dan sulit, memberitakan kasih Tuhan dan karya keselamatanNya?

Tuhan yang memiliki kuasa, sanggup melakukan apapun untuk menunjukan kemuliaanNya.
To Him all the GLORY.


Baca post lainnya tentang KKR Nias 2015:

GOD IS GOOD
GOD IS WISE
GOD IS INCOMPREHENSIBLE
GOD IS ALMIGHTY
GOD IS SOVEREIGN

KKR Nias 2015 and the Attributes of God: GOD IS INCOMPREHENSIBLE

I was so overwhelmed. I was shaking with fear and joy at the same time. I was.. I was.. really feeling so small and unworthy. What have I done? What have I done to have been given such privilege to see and experience it? Nothing. I have done nothing but keep on disappointing HIM.... 
And yet there HE was... displaying some of HIS Great Attributes to me.


GOD IS INCOMPREHENSIBLE
Allah sungguh tak terselami. Ini adalah materi aku mengajar di sekolah minggu tanggal 9 Sep 2015 yang lalu. Dan aku bersyukur boleh belajar sifat Allah ini. Bahkan mengalaminya sendiri.

Aku tidak mengerti kenapa orang seperti aku diberi kesempatan berbagian melayani. Dan kali ini, melayani di sebuah KKR besar. Salah satu yang menjadi pergumulan terberat selain mempersiapkan kotbah adalah rasa gentar karena merasa tidak layak untuk kotbah di KKR. Aku rasa pergumulan ini jauh lebih berat dibanding menyiapkan kotbahnya.

Di doa pagi, hari Sabtu seminggu sebelum berangkat ke Nias, Firman Tuhan sungguh menguatkan hati yang galau karena perasaan tidak layak itu. Lukas 10: 17-21. Tuhan Yesus mengutus 70 murid dan mereka kembali kepada Yesus dengan suka-cita karena melalui pelayanan itu, mereka menyaksikan setan-setan takluk pada nama Yesus. Lalu, ayat 21 mengatakan: Yesus bergembira karena Allah membukakan hal itu kepada orang-orang kecil. Bayangkan. Yesus bergembira karena Allah berkenan memakai orang-orang kecil dalam pelayananNya. Saat berlutut berdoa, aku menangis sejadi-jadinya. Tuhan... aku mau Engkau bergembira karena pelayananku. Tapi aku takut aku tidak bisa membuat Engkau bergembira. Aku tidak layak. Aku banyak dosa... Tapi aku mau dipakai olehMu Tuhan. Aku mau.. sucikan aku.. kuduskan aku.. layakkan aku yang kecil, najis dan tidak berdaya ini....

Setelah kembali ke Jakarta pun rasanya masih tidak percaya. Kok bisa ya.. kok bisa ya .. Aku masih tidak mengerti Tuhan yang besar, Tuhan yang suci, Tuhan yang agung berkenan memakai aku... Sungguh. Semua hanya karena anugerah Tuhan saja. Mungkin respon yang paling tepat atas sifat Allah yang tidak terselami adalah .. TAAT. Karena dari semua ketidak-mengertian ini, satu tujuan yang pasti adalah nama Tuhan dipermuliakan. If that's what I'm doing.. nothing else matters.


Baca post lainnya tentang KKR Nias 2015:

GOD IS GOOD
GOD IS WISE
GOD IS INCOMPREHENSIBLE
GOD IS ALMIGHTY
GOD IS SOVEREIGN

KKR Nias 2015 and the Attributes of God: GOD IS WISE

I was so overwhelmed. I was shaking with fear and joy at the same time. I was.. I was.. really feeling so small and unworthy. What have I done? What have I done to have been given such privilege to see and experience it? Nothing. I have done nothing but keep on disappointing HIM.... 
And yet there HE was... displaying some of HIS Great Attributes to me.


GOD IS WISE
Tuhan itu bijaksana. Aku sakit, harus dirawat di Rumah Sakit, just 3 days before heading to Nias. But all I can say is that HE IS ABSOLUTELY WISE. His Wisdom is beyond words. Kok bisa? Let me share just how wise He is and you can amen later..

Memang.. aku sudah berasa tidak enak bodi sejak 2 minggu sebelum berangkat. Pasti ini stress berat mikirin KKR, pikirku. Tiap hari sakit kepala, dan mata rasanya berat sekali untuk bisa terbuka segar. Intinya pengen tiduran terus, tapi kan gak bisa karena aku harus kerja. 4 hari menjelang keberangkatan ke Nias, (berangkat hari Minggu, 13 Sep 2015) aku diare hebat. Keesokan harinya, Kamis 10 Sep 2015, aku memutuskan ke dokter karena diare tidak kunjung berhenti. Aku nyupir sendiri ke RS dan disarankan: rawat saja Bu. Karena Ibu hari Sabtu harus ke luar kota, better nginep di RS supaya pengobatan lebih intensive dan Ibu nanti nya cukup kuat dan sehat untuk berangkat.

Awalnya sempat berpikir, mungkin RS cuma cari alasan dapat revenue.. hihihi.. Tapi, aku segera telpon suami dan jawabnya: Iya rawat aja.. aku lihat memang beberapa hari ini kamu terlihat stress. Sebenarnya, aku cukup heran dengan jawaban itu. I was expecting something like: masak sih diare doang harus di rawat? But, well.. harus taat sama suami kan? :)

Setelah dapat kamar, petugas lab datang, ambil darah dan esok paginya hasil lab menunjukan aku sakit tipes. That was Friday. Aku harus berangkat Sabtu. Berbagai hal muncul dalam pikiranku. Kalau tipes, pasti harus dirawat lebih lama. Kalau tipes, pasti akan lemah untuk berangkat ke Nias.

Aku bergumul dengan hati sedih.. .pasti Tuhan tidak menginginkan aku melayani Dia. Aku tidak cukup layak melayani Tuhan. Tuhan tidak mau pakai aku... Lalu aku ingat tangisan berderai-deraiku di persekutuan doa Sabtu pagi. Apakah memang Tuhan tidak mau memakai aku? Aku berdoa dan terus berdoa, memohon belas kasihan Tuhan seperti yang dikatakan Pak Agus. Aku bersyukur hari Sabtu sudah segar dan dokter mengijinkan pulang.

God is Wise adalah pelajaran ke 7 yang harusnya disampaikan oleh teman ku sesama guru sekolah minggu, Natali di tanggal 27 Sep 2015. Dan aku seharusnya mengajar pel 5 God is Creator di tanggal 13 Sep 2015. Sehari sebelum masuk RS, aku baru ngeh kalau berangkat ke Nias juga tanggal 13 Sep, jadi aku tidak bisa mengajar. Dan bersyukur Natali available dan bersedia tukar jadwal. Awalnya kami mau tukar tanggal saja, tanpa tukar materi. Aku tetap mengajar God is Creator tapi di tanggal 27 Sep dan Natali tetap mengajar God is Wise di tanggal 13. Tapi bijaksana Tuhan mengatur: aku mengajar WISE di tanggal 27 dan Natali mengajar CREATOR di tanggal 13. Kami tukar tanggal dan tukar materi.













Minggu kemarin, waktu aku mengajar di sekolah minggu tentang ALLAH itu bijaksana, foto itu aku pasang di slide dan berkata:


Allah sungguh bijaksana membuat Ibu sakit sebelum berangkat ke Nias. Coba kalian bayangkan.. kalau Ibu sakitnya di Nias, harus dirawat di Nias.. pasti akan menyusahkan dan merepotkan banyak orang. Dan Samuel (anak sekolah minggu yang ada di foto) juga tidak bisa nengok Ibu karena jauh. Allah sungguh bijaksana, karena sakit, ibu harus membawa obat dan vitamin yang banyak dari dokter di Jakarta, sehingga selama seminggu melayani di Nias.. ibu tidak merasa capai ataupun lemah. Ibu sehat. Segar bugar. Kalau sakitnya di Nias, mungkin obat-obat disana tidak selengkap obat-obat dari Jakarta. Allah sungguh bijaksana... Puji Tuhan.

KKR NIAS 2015 and the Attributes of God: GOD IS GOOD

I was so overwhelmed. I was shaking with fear and joy at the same time. I was.. I was.. really feeling so small and unworthy. What have I done? What have I done to have been given such privilege to see and experience it? Nothing. I have done nothing but keep on disappointing HIM.... 
And yet there HE was... displaying some of HIS Great Attributes to me.


GOD IS GOOD
Tuhan itu baik. Teramat baik. Dia tahu aku sangat gentar mempersiapkan kotbah KKR. Kotbah KKR, bukan kotbah Sekolah Minggu. KKR. Ya. KKR! That is a really big word. Mempersiapkan kotbah Sekolah Minggu sangat menyenangkan bagiku. Memang.. kadang-kadang bisa berhari-hari mencari bahan dan berjam-jam di depan laptop membuat slide. Tapi aku sangat menikmatinya. Tapi ini KKR. Seringkali the idea of that word KKR, bisa membuat aku sesak nafas, literally.

Membayangkan kotbah tanpa slide sungguh sangat menakutkan bagiku. I'm a master of PPT, I guess :) And I was warned: jangankan pake projector, listrik saja mungkin sangat terbatas. Belum tentu semua sekolah ada listrik. Dan kalau pun ada, belum tentu tegangannya cukup baik dan.. kita kotbah di lapangan sekolah. Lapangan sekolah.

Beberapa bulan sebelumnya, Tuhan mengijinkan aku mencicipi sedikit pengalaman berkotbah tanpa ppt. Well, not exactly preaching. Aku bercerita tentang Mary Slessor di Sekolah Injil Liburan di GRII Karawaci. Aku mencatat poin-poin penting yang harus diceritakan dan menempelkannya di belakang poster Mary Slessor yang aku pegang sepanjang bercerita.

20 menit yang mendebarkan itu..














Sekali lagi. Tuhan baik. Ada satu cerita kecil yang kudengar dalam renungan di persekutuan Doa pagi, seminggu sebelum berangkat ke Nias. Sebuah cerita tentang karet. Dan somehow cerita itu membuat aku lebih semangat. Diceritakan bahwa Pak Stephen Tong pernah berbagi tips kepada para hamba Tuhan yang kadang harus berkotbah di lapangan terbuka. Supaya catatan kotbah tidak berterbangan, bawalah karet dan ikatkan kertas catatan itu di Alkitab. Oh well.. as simple as that. Tapi aku tahu, bukan karena karet lah yang menguatkan, tapi bahwa berarti hamba Tuhan pun punya pergumulan berkotbah di lapangan terbuka. Aku sedikit terhibur, tidak berasa susah sendirian.. haha.

Tapi mempersiapkan cerita Mary Slessor berbeda dengan menyiapkan kotbah KKR. Walaupun sudah merasa mempersiapkan verbatim dengan baik, bahkan aku sengaja print beberapa copy poin-poin kotbah (kalau karet putus, kertas terbang masih ada spare.. hahaaha), sehari menjelang pelayanan, aku masih seperti orang bingung. Maklum ya.. ini KKR pertamaku dan to be honest, one of my greatest fear ternyata adalah public speaking. LOL. Padahal cita-citaku sekarang ini adalah jadi guru.

Dan sekali lagi, Tuhan menunjukan kebaikanNya. Setelah mendapat masukan cukup mengagetkan dari Pak Eri, aku bergumul sepanjang malam itu untuk mempersiapkan "narasi lebay" khusus untuk anak SD. Memang waktu review kotbah, aku sudah diingatkan untuk memakai narasi saja. Dan, aku bersyukur Tuhan ingatkan kembali karena poin-poin yang aku buat .. bukan narasi.

Puji Tuhan. Tidak ada karet yang putus, tidak ada kertas catatan yang berterbangan. Tuhan memberi aku kesempatan kotbah di 7 sekolah kepada total kurang lebih 1.758 anak dan 88 guru.































Baca post lainnya tentang KKR Nias 2015:

GOD IS GOOD
GOD IS WISE
GOD IS INCOMPREHENSIBLE
GOD IS ALMIGHTY
GOD IS SOVEREIGN